Chatbot Maha Bisa : Berkenalan dengan ChatGPT dari OpenAI

Walau dirilis pada November 2022 kemarin, namun sampai saat ini ChatGPT masih belum kehilangan pamornya. Analis UBS, Lloyd Walmasley mengestimasikan ChatGPT telah mencapai 100 juta pengguna bulanan, melebihi estimasi capaian dari Tiktok hingga Instagram. Tidak bisa dihitung berapa banyak media yang meliput perkembangan chatGPT hingga ke-viral-an ChatGPT juga dirasakan oleh orang-orang dalam lingkup yang sangat luas.

Bagaimana tidak, suatu large language model yang diperkenalkan oleh OpenAI, suatu organisasi non-profit Amerika Serikat sukses mendapatkan respon yang beragam dari banyak kalangan. Ada yang menyambutnya dengan antusias, namun tidak sedikit yang merasa takut dan terancam dengan kehadiran teknologi ini. 

Sebenarnya apasih ChatGPT itu?

ChatGPT (Chat Generative Pre-trained Transformer) sederhananya merupakan sebuah chatbot yang diprogram untuk dapat berinteraksi secara natural dengan manusia. ‘Berinteraksi’ yang dimaksud di sini adalah ChatGPT akan men-generate jawaban dari pertanyaan manusia berdasarkan informasi yang dimiliki sesuai dengan konteks yang dibahas dalam percakapan tersebut.

Bagaimana respon publik dengan adanya ChatGPT?

Banyak pihak yang merasa ChatGPT merupakan teknologi revolusioner karena dilatih untuk mempelajari apa yang dimaksud manusia ketika mereka mengajukan pertanyaan. Dikutip dari New York Time, beberapa kemampuan ChatGPT yang telah diuji coba yaitu menulis barisan kode, debugging, menulis essay se-level mahasiswa universitas, hingga menjelaskan konsep sains dengan beragam tingkat kerumitan.

gambar.  1 contoh penggunaan chatGPT dalam menulis kode CRUD

Dilansir dari surat kabar The Guardian, Penulis Samantha Lock menuliskan bahwa chatGPT dapat menghasilkan teks yang sangat detail dan mirip manusia. Ethan Mollick, Seorang Professor di The Wharton School of the University of Pennsylvania menginstruksikan mahasiswanya mencoba ChatGPT untuk melihat apakah teknologi tersebut dapat menulis sebuah esai berdasarkan dari topik yang didiskusikan di kelasnya. Dan hasilnya, chatGPT mampu membuat suatu esai yang bernilai sedikit lebih rendah dari esai yang dibuat kebanyakan mahasiswanya namun masih masuk akal. Esai tersebut juga sudah lulus ujian turnitin, sebuah perangkat lunak anti-plagiarisme.

Tidak sedikit pihak yang khawatir akan perkembangan chatGPT ini. Seperti contoh pada Desember 2022, Stack OverFlow resmi melarang pengguna chatGPT dalam menjawab pertanyaan pemrograman. Administator dari Stack OverFlow menyampaikan bahwasannya rata-rata posting-an jawaban benar dari chatGPT sangat rendah. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi situs dan pengguna.

Dicetus dari cnet.com, The Journal Science juga melarang teks dari ChatGPT karena menurut H.Holden Thorp, pemimpin redaksi dari The Journal Science, suatu progam AI tidak dapat menjadi penulis dan pelanggaran terhadap kebijakan tersebut akan dianggap pelanggaran ilmiah.

Penulis:
Ni Putu Karisma Dewi

Comments are closed.